History

History

PENERBIT KARANIYA

Penerbit Karaniya didirikan di Bandung pada hari Waisak 2533 tanggal 21 Mei 1989. Para aktivis Pemuda Vihara Vimala Dharma Bandung—yang sebagian besar saat itu masih mahasiswa—atas dorongan dan dukungan dari Bapak Adhamas Astian, memberanikan diri untuk meningkatkan penerbitan buku-buku agama Buddha ke arah profesional. Jika semula hanya di wihara dan buku-buku diterbitkan terbatas untuk lingkungan sendiri, selanjutnya menjadi unit usaha dan buku-buku diterbitkan untuk hadir di toko-toko buku.

Setelah melalui persiapan yang cukup matang, maka pada bulan Oktober 1989 diluncurkanlah dua buku pertama, yaitu “Dhammapada – Sabda-sabda Buddha Gotama” dan “Mengikuti Jejak Buddha”. Setelah itu, mengikuti prinsip Buddhayana yang nonsektarian, buku-buku dari ketiga aliran besar agama Buddha (Theravada, Mahayana, Vajrayana) diterbitkan. Saat ini jumlah buku yang telah diterbitkan sebanyak 250 judul.

Pada tahun 1998 kantor operasional Penerbit Karaniya dipindahkan dari Bandung ke Jakarta. Pada tahun 2005 Penerbit Karaniya menerima Piagam Penghargaan Museum Rekor Indonesia atas prestasi Penerbit Buddhis yang Paling Produktif di Indonesia.

Yayasan yang menaungi Penerbit Karaniya mula-mula adalah Yayasan Penerbit Karaniya dan kemudian digantikan oleh Yayasan Karaniya. Dengan Akta Nomor 12 tanggal 22 Oktober 1992 yang dibuat oleh Notaris Josanti Anggraini Gunawan, SH, Yayasan Penerbit Karaniya didaftarkan di Pengadilan Negeri Bandung tertanggal 26 Oktober 1992 di bawah Nomor 223. Sebagai pendirinya adalah Bapak Adhamas Astian, Biksu Dharmavimala, Drs. Herry Ronny Suteja, Ir. Edij, dan William Kamajaya, SH.

Yayasan Karaniya didirikan dengan Akta Nomor 10 tanggal 1 April 2009 yang dibuat oleh Tse Min Suhardi, SH pengganti Notaris Buntario Tigris Darmawa Ng, SH, SE, MH berkedudukan di Jakarta Pusat dan Akta Nomor 146 tanggal 28 Oktober 2008 yang dibuat oleh Notaris Buntario Tigris Darmawa Ng, SH, SE, MH berkedudukan di Jakarta Pusat. Pengesahan dengan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tertanggal 20 Oktober 2009 Nomor AHU-4367.AH.01.04 Tahun 2009. Pembina Yayasan Karaniya saat ini adalah lima orang biksu dari Sangha Agung Indonesia, yaitu Biksu Aryamaitri, Biksu Nyanamaitri, Biksu Dharmavimala, Biksu Nyanaprabhasa, dan Biksu Nyanabhadra.

Mereka yang pernah menjadi Ketua Yayasan Penerbit Karaniya adalah Biksu Dharmavimala (1992–1998), William Kamajaya, SH (1998–2001), dan Ir. Budi Hartono Susilo (2001–2004), dan dr. Taruna Widjaja, MBA (2004-2009). Selanjutnya yang pernah menjadi Ketua Yayasan Karaniya adalah dr. Taruna Widjaja, MBA (2009–2014), Ir. Toni Liawan (2014–2019), dan Ir. Edij, M.Sc. (2019–saat ini).

Dengan motto “Dharma Universal Bagi Semua”, Penerbit Karaniya terus berkarya dalam memperbanyak koleksi buku Dharma di Indonesia melalui kerja sama yang baik dengan berbagai penerbit dan para penulis dari manca negara.

Untuk layanan pembaca, Penerbit Karaniya dapat dihubungi di 081-315-315-699 atau situs www.karaniya.com

Testimoni saat 25 tahun Penerbit Karaniya

Karaniya adalah sebuah penerbit yang unik sekaligus menarik. Unik karena menyebarkan ajaran suci yang jauh dari dogmatis. Menarik karena buku-buku yang diterjemahkan dan disebarkan mencakup yang sederhana sekaligus mendalam.

– Gede Prama

Penerbit Karaniya dengan tagline “Dharma Universal Bagi Semua” selalu konsisten untuk berbagi Dharma tanpa tendensi sektarian. Dua kata untuk Penerbit Karaniya: LUAR BIASA!!!

Selamat ulang tahun ke-25 untuk Penerbit Karaniya. Terus berkarya membagi kebaikan dan kebenaran untuk kebahagiaan semua makhluk. Salam sukses Luar Biasa.

– Andrie Wongso

Perlu diwaspadai bahwa dalam Agama Buddha juga telah terjadi kecenderungan berkembangnya sikap sektarian dan eksklusivisme. Kecenderungan ini antara lain disebabkan oleh karena semakin banyaknya peredaran buku terjemahan yang terlalu menekankan sisi budaya dan ritual daripada inti ajaran Buddha Gotama secara utuh.

Adalah Penerbit Karaniya yang berjasa “melawan arus” tersebut dengan sangat produktif terus menerjemahkan dan menerbitkan buku-buku bagus yang mengajarkan “Wholistic Buddhism” atau “Source Buddhism” yang saya sebut “Agama Buddha Asali” sehingga pembelajar Agama Buddha di Indonesia bisa mendapatkan gambaran dan pengertian yang utuh dan benar tentang inti ajaran Buddha Gotama.

Dengan sekat-sekat budaya, ritual, dan kontekstual bisa dipahami dengan lebih proporsional bahkan dirobohkan sehingga sikap nonsektarian dan inklusif dapat dikembangkan.

– Sudhamek AWS

 

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
YouTube
Instagram